Baik Buruk Harta

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah SWT. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. 63. Al Munafiquun : 9)

Suatu hari Nabi Muhammad SAW berjalan-jalan di pasar, diikuti banyak orang. ditengah jalan, ia melihat bangkai anak kambing yang daun telinganya kecil. Nabi menghampiri lalu mengangkatnya seraya bertanya, "siapa mau membelinya?" Orang-orang disitu menjawab, "kami tidak mau, tidak ada manfaatnya bagi kami."

"Kalau diberi gratis apa kalian mau?"
"Bahkan jika kambing itu masih hidup kami juga menolaknya karena telinganya cacat. Apalagi sekarang anak kambing itu sudah menjadi bangkai," mendengar itu Nabi bersabda,

"Demi Allah, sesungguhnya dalam pandangan Allah, dunia lebih hina daripada bangkai ini menurut anggapan kalian." (HR Muslim}

Perumpamaan yang diberikan Nabi untuk menunjukkan nilai dunia disisi Allah adalah ibarat bangkai kambing sangat wajar karena bagi Allah kehidupan dunia hanyalah sementara yang nilai harganya sangat rendah. Allah tidak butuh dengan harta manusia...ibarat orang yang tidak butuh dengan bangkai kambing...oleh karena itu manusia tidak boleh menjadikan harta benda duniawi sebagai lambang kemuliaan...kekayaan duniawi memang dapat memuliakan manusiaseperti yang terjadi pada jaman Nabi Sulaiman AS tapi lebih banyak lagi yang menghinakan mereka seperti yang terjadi pada fir'aun, qorun dan yang mengikutinya...

Kesalahan utama manusia dewasa ini adalah menjadikan kemampuan meraih nikmat dunia sebagai kriteria kesuksesan. Maka kebiasaan gaya hidup orang yang paling mampu meraih nikmat fisik dunia ditiru dan dijadikan pedoman. Karena itu manusia berlomba-lomba mencari harta dengan aneka ragam cara; mengejar-ngejar posisi dan kekuasaan, guna memperkaya diri, berlomba meraih kemudahan dan kemuliaan namundisertai kelalaian menegakkan agama...Selain itu, ukuran sejati kemanusiaan , yakni ketakwaan dan keluhuran akhlak, sengaja disingkirkan. Padahal, itulah standar penilaian Allah yang sebenarnya.

HARTA YANG BAIK


Harta merupakan sarana yang diberika Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk digunakan dalam rangka beribadah lepada-Nya. Karena itu ajaran Islam mengenal yang disebut dengan "Ibadah Maliyah" (ibdah harta), yaitu dengan membayar zakat, infak sedekah dan sebagainya. Rasulullah SAW juga mengajarkan cara-cara mendapatkan harta secara halal dan mudah disamping memberikan rambu-rambu aturan Allah dalam mendapatkan harta...

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat kepada ibu bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertaqwa.
(QS, 2. Alabaqarah: 180)

Harta pada hakikatnya adalah sesuatu yang baik dan bermanfaat, dan sesungguhnya dia (manusia) sangat bakhil karena cintanya kepada harta.
(QS. 100. Al Aadiyat :8)

Dalam dua ayat surat Al-Baqarah 180 dan surat Al-Adiyat 8 diatas, harta (al-mal) disebut dengan khairyang secara harfiah berarti baik atau kebaikan. diayat lain harta dinamakan fadhl, yaitu anugrah dan keutamaan dari Allah.

"Apabila telah ditunaikan Sholat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung."
(Al-Jumu'ah: 10)

Jadi harta pada dirinya merupakan sesuatu yang baik. Ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperbanyak ibadah dan amal shaleh. Kitabullah Alqur'an menyuruh kita untuk berlomba-lomba dalam kebaikan  (fastabiqur khairat)...Dalam hal harta, kitapun tidak disalahkan apabila berlomba-lomba mendapatkan yang halal dan baik bagi persediaan masa depan dan di akhirat. Orang yang mendapatkan harta dengan niatan untuk menolong agama Allah adalah sanyat mulia.Inilah yang dilakukan sahabat nabi seperti Abu Bakar as-shidiq, Abdurrahman bin Aufdan Usman bin Affan radhiyallahu anhum... Namun mereka tidak hidup dalam kemewahan , bersenang-senang melalaikan ibadah...Harta yang mereka peroleh adalah untuk Dakwah dan perjuangan meninggikan kalimat Allah...mereka Adalah orang-orang yang menyambut seruan Allah,

Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rassul-Nya dan berjihad dijalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimujika kamu mengetahuinya.
(QS. 61. As-Shaff : 10 & 11)


HARTA YANG MELALAIKAN


Harta kekayaan sangat tergantung dari pemegangnya. Orang yang zuhud, kendati harta berlimpah ruah mengalir melalui tangannya harta itu tidak pernah digenggam apalagi dimasukkan kedalam hatinya. Harta hanya lewat saja, karena segera didistribusikan keorang-orang yang memerlukan...Maka dia sangat bersahabat dengan para dhuafa, merasakan penderitaan mereka dan selalu siap sedia menolong mereka. Para sahabat Nabi, Tabiin dan Ulamasalafus Shaleh banyak memberi kita contoh bagaimana memperlakukan hartasekedar sebagai sarana, bukan untuk dinikmati secara berlebihan...ini didasarkan firman Allah

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah, itulah orang-otang yang rugi.
(QS. 63. Al Munafiqqun:9)

Diantara sifat orang munafik memang tidak jujurdengan harta yang dimilikinya...Dia terjerat dalam buaian harta karena lalai dan terbujuk untuk memanjakan keluarga...dia tidak lulus dalam ujian pengelolaan harta untuk kepentingan dakwah dan jihad.

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagaicobaan dan sesungguhnya disisi Allah pahala yang besar.
(QS. 8. Al Anfal:28)

Dalam kitab Mizan Al-'Amal, Imam Ghazali mengakui keutamaan harta itu. Dikatakan orang yang mencari kebaikan taanpa harta diibaratkan seperti orang yang pergi kehutan tanpa senjata atau sepserti burung elang tak bersayap. Orang miskin, kata Ghazali, menghabiskan waktunya hanya untuk mencari sesuap nasi. Karena melarat, iapun tak dapat pergi haji, memberi sedekah, mengeluarkan zakat, dan memperbanyak kebajikan.

Sungguhpun demikian, dalam al-Arba'in fi Ushul al-Din, Ghazali mengingatkan agar kita mengenali kegunaan dan fungsi dari harta itu. Bagi Ghazali, harta tidak lebih dari sarana. Oleh karena itu Ghazali menyarankan agar kita tidak rakus dan berlebihan, tetapi mengambil secukupnya. Menurut Ghazali, siapa berbuat demikian, ia selamat. Tapi, jika tidak, ia berpeluang terjatuh kedalam 3 kehancuran berikut ini :

Pertama, ia dapatterjerumus pada dosa-dosa. Sebab, dengan kekayaan ia dapat melakukan apa saja. Ia dipastikan sulit mengendalikan diri. Perlu diingat, ujian dengan kesenangan itu lebih berat dibandingkan ujian dengan kesusahan. Dalam keadaan lapangdan berlimpah uang, seseorang sulit bersabar dan mengendalikan diri.

Kedua, ia cenderung untuk bersenang-senang dan berfoya-foya. Pola hidup seperti ini membuat dia tetap ingin kaya. untuk mempertahankan kekayaannya, berbagai cara dapat ia lakukan. Tak soal cara itu melanggar hukum dan norma-norma agam, seperti mencuri, menipu, korupsi. dan mengeksploitasi rakyat kecil. Dari sini dapat lahir berbagai kejahatan yang lain. Dalam konteks inilah Rasulullah SAW bersabda. "Cinta dunia adalah pangkal segala keburukan."

Ketiga, ia cenderung lupa mengingat Allah. Perhatiannya yang besar pada harta dan kekayaan membuat ia lup dan tidak punya waktu untuk mengingat Allah. Seluruh perhatiannya dihabiskan untuk proyek pengumpulan uang. Mula-mula ia berfikir bagaimana mendapatkannya, lalu menjaga dan menyimpannya, dan terakhir bagaimana membelanjakannya. Inilah makna firman Allah.

Bermegah-megah telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur.
(QS. 102. At Takatsur : 2)



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »