Bangga mencium Hajar Aswad ini adalah cerita yang kerapkali disampaikan oleh mereka yang baru pulang haji atau umroh. bentuk ceritanya aneka ragam namun intinya sama "bangga karena berhasil mencium Hajar Aswad". diantaranya ada yang berkata, "wah meskipun harus melalui orang-orang hitam yang tinggi besar pada akhirnya saya berhasil mencium Hajar Aswad". "aku tiba-tiba mendapat jalan lapang, kosong dan ajaibnya mampu menerobos masuk untuk memeluk batu di pojok itu dan menciumnya."
"saya puas karena telah mencium Hajar Aswad"... "aku mendapat keberuntungan pada Haji kali ini karena mampu menaklukkan kerumunan dan berhasil mencium Hajar Aswad meskipun hanya beberapa detik."
Saya membayangkan bahwa mereka yang bercerita penuh bangga tentang keberhasilannya mencium Hajar Aswad sebenarnya telah bersusah payah berdesak-desakan untuk mewujudkan impiannya itu... realitanya, di musim Haji diperlukan kerja keras sikut kanan kiri tanpa sadar menyakiti orang lain bahkan ada yang secara khusus minta dikawal agar mampu mendekat Ka'bah dan mencium Hajar Aswad itu... yang mereka lakukan sangat sulit tanpa melakukan melawan arus orang-orang yang sedang berjubel-jubel dalam melaksanakan thawaf... sebagian besar dari Jamaah dipastikan tidak mampu melakukan hal itu.
sebenarnya mencium Hajar Aswad bukanlah kewajiban, dengan memberi isyarat mengangkat tangan saja sudah cukup keberhasilan mencium Hajar Aswad bukanlah suatu kemuliaan dan bukan keutamaan... sebaliknya menceritakan upaya keberhasilan mencium Hajar Aswad mengandung suatu "cela", karena sesungguhnya orang yang bercerita itu lebih kepada bangga diatas kesulitan saudara-saudaranya sesama muslim. hal itu justru merupakan dosa...
seorang ulama berkata, "tidak Anda punya peluang mencium Hajar Aswad lakukan saja, namun jika untuk itu Anda harus menyakiti jamaah lain misalnya dengan mengikut atau mendorong mereka Maka cukup dengan isyarat... yang harus anda lakukan adalah beristighfar, berzikir dan berdoa dengan penuh khusyu' lakukan Semua itu dengan penuh toleransi kepada sesama mereka yang sedang thawaf"
Haji Mabrur tidak ditentukan oleh keberhasilan mencium Ka'bah tetapi dengan keberhasilan meningkatkan akhlak dan kepribadian yang menjadi lebih baik sepulang ibadah haji.